Lesson Study


Apakah Lesson Study itu ?
Lesson Study atau studi pembelajaran adalah suatu kegiatan pengkajian terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh para guru secara berkesinambungan untuk meningkatkan keprofesionalan mereka, dalam rangka studi pembelajaran itu para guru melakukan kolaborasi untuk merencanakan pembelajaran secara bersama-sama, mengobservasi proses pembelajaran bersama-sama dan pada tahap selanjutnya mengadakan refleksi secara bersama pula.

Darimana Lesson Study berasal ?
Lesson Study merupakan terjemahan dari bahasa Jepang jugyokenkyu. Jugyo berarti pembelajaran dan kenkyu berarti study. Di Jepang, Lesson Study telah dilaksanakan sejak 100 tahun yang lalu, dan sekarang telah diadopsi oleh negara-negara di Eropa, Amerika, Afrika, Asia termasuk Indonesia.

Mengapa harus Lesson Study ?
Lesson Study dapat meningkatkan kualitas mengajar dan belajar karena para guru melakukan pengkajian pembelajaran di kelas nyata. Mereka melakukan perencanaan bersama, kemudian menunjuk salah seorang guru untuk mengajar sesuai rencana tersebut sementara yang lain menjadi pengamat, dan pada akhir pembelajaran seluruh peserta melakukan refleksi. Hal itu membuat guru dihadapkan pada permasalahan di kelas, dengan demikian akan menghasilkan guru yang profesional dan inovatif.

Siapa sajakah peserta Lesson Study itu ?
Peserta Lesson Study boleh para guru sebidang studi (misal dari MGMP bidang studi), boleh para guru lintas bidang studi (misal dari berbagai mata pelajaran baik dari satu sekolah maupun lain sekolah). Jumlah para peserta berkisar 3-15 orang. Selain peserta yang terdiri dari para guru, orang tua siswa, pejabat, dan masyarakat. Biasanya, peninjau hanya hadir pada waktu proses pembelajaran dan refleksi berlangsung.

Bagaimana membentuk peserta Lesson Study ?
Sekelompok guru bersepakat membentuk kelompok Lesson Study. Misalnya melalui MGMP atau MGMPS. Setelah membentuk kelompok, maka hendaknya disusun jadwal pertemuan dan disetujui aturan-aturan kelompok. Mengingat proses pembelajaran menyangkut siswa, kelas, dan jam mengajar guru, maka kelompok hendaknya seijin kepala sekolah dan DIKNAS setempat. Sebenarnya kepala sekolah dan DIKNAS tidak hanya memberi ijin, tetapi hendaknya ikut bertanggung jawab tentang kesuksesan Lesson Study.

Bagaimana langkah-langkah kegiatan Lesson Study ?
Menurut Fernandez dan Yoshida (2004) terdapar 6 langkah dalam proses melaksanakan suatu Lesson Study, yaitu :
  • Merencanakan pembelajaran secara kolaboratif (bersama-sama).
  • Pelaksanaan pembelajaran. Seorang guru ditunjuk sebagai pengajar sementara yang lain menjadi pengamat.
  • Melakukan diskusi refleksi tentang pembelajaran.
  • Merevisi rencana pembelajaran.
  • Melaksanakan pembelajaran di masaing-masing kelas.
  • Melakukan sharing tentang hasil pembelajaran masing-masing.
Jika langkah Lesson Study disingkat menjadi perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan refleksi (see) maka Lesson Study merupakan siklus dari kegiatan plan-do-see.

Kegiatan apa saja yang dilakukan peserta dalam proses perencanaan (plan) ?
Mula-mula peserta memilih salah seorang peserta menjadi moderator. Moderator memimpin sidang perencanaan. Dalam proses perencanaan para guru hendaknya mengkaji :

  1. Kurikulum (KTSP), termasuk di dalamnya mencermati Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi.
  2. Menentukan materi pembelajaran yang akan disajikan. Biasanya materi yang dipilih adalah yang :
    • Sulit bagi siswa.
    • Sulit bagi guru.
    • Materi baru dalam kurikulum.
    • Memerlukan metode pembelajaran yang efektif.
    • Memerlukan media pembelajaran yang efektif.
  3. Menyusun indikator dan pengalaman belajar siswa.
  4. Menentukan metode yang sesuai.
  5. Menentukan urutan proses pembelajaran.
  6. Menyusun LKS (jika diperlukan).
  7. Menyusun evaluasi.
Metode apapun yang dipilih hendaknya mampu membuat siswa :

  • Belajar aktif.
  • Kreatif (misal masing-masing mengemukakan penemuan sendiri-sendiri).
  • Belajar secara kolaboratif (saling membelajarkan dan masing-masing memiliki hasil belajar secara individu).

Jadi apakah hasil (out put) kegiatan perencanaan itu ?
Hasil kegiatanperencanaan adalah :
  • Rencana Proses Pembelajaran (RPP), ini digunakan sebagai skenario proses pembelajaran.
  • Media pembelajaran yang diperlukan.
  • LKS (jika diperlukan).

Siapakah yang ditunjuk untuk melaksanakan proses pembelajaran ?
Proses penunjukan salah seorang peserta menjadi guru pengajar dilakukan setelah dihasilkan RPP dan LKS. Jadi rencana itu milik bersama sementara guru yang ditunjuk hanya pelaksana belaka. Terserah pada kesepakatan siapa yang akan ditunjuk untuk mengimplementasikan skenario pembelajaran yang telah disusun bersama itu. Sebaiknya guru yang ditunjuk dilakukan secara bergiliran agar semua pernah melaksanakan proses pembelajaran yang diamati guru lain.

Apakah guru yang ditunjuk harus patuh pada skenario yang disusun ?
Pada prinsipnya, guru hendaknya patuh pada skenario yang telah disusun. Akan tetapi ketika proses pembelajaran berlangsung, situasi dan kondisi bisa berubah, tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dalam kondisi demikian, guru pengajar hendaknya memiliki kepekaan dan kreatifitas untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Guru pengajar dapat memodifikasi atau bahkan mengubah skenario sesuai dengan keadaan.

Ketika proses pembelajaran berlangsung, apa tugas pengamat ?
Tugas pengamat semata-mata adalah mengobservasi bagaimana siswa belajar, bukan bagaimana guru mengajar. Juga tidak perlu observasi kesesuaian antara skenario dengan proses pembelajaran. Observasi tentang siswa belajar meliputi :
  •  Kapan siswa berkonsenterasi dan kapan tidak konsentrasi.
  • Bagaimana tingkah laku siswa.
  • Bagaimana bahasa tubuh siswa.
  • Apa yang diucapkan siswa.
  • Bagaimana hubungan siswa-siswa.
  • Bagaimana hubungan siswa-guru.
  • Bagaimana hubungan siswa-lingkungan.
Untuk memudahkan pengamatan, pengamat perlu membuat lembar observasi. Pengamat dapat mengamati kelompok siswa tertentu, agar pengamatannya lebih terfokus, sementara pengamat yang lain mengamati kelompok yang lain. Usahakan data hasil pengamatan ditulis secara akurat, objektif, bukan berdasar apa yang seharusnya sesuai keinginan pengamat, melainkan berdasar keadaan sebenarnya.

Juga perlu diingat prinsip-prinsip refleksi nantinya adalah mengemukakan 80% kebaikan dan hanya 20% kekurangan . tidak dapat dihindari suatu suatu fenomena pembelajaran pasti menyangkut juga guru. Jika demikian maka perlu diingat bahwa refleksi yang disampaikan hendaknya 80% mengenai siswa belajar dan hanya 20% mengenai guru mengajar.

Apa yang boleh dilakukan pengamat dan yang tidak boleh ?
Pengamat boleh :
  •  Mengamati satu kelompok siswa secara intensif.
  • Membawa catatan, kamera, dan alat tulis menulis.
  • Berada di samping atau di depan siswa.
Pengamat tidak boleh :
  •  Mondar mandir di dalam kelas mengganggu konsentrasi siswa belajar.
  • Berbicara dengan pengamat lain.
  • Membantu siswa belajar. Siswa belajar harus dalam kendali guru pengajar, pengamat dilarang melakukan interfensi, meskipun konsep yang diberikan guru pengajar salah.
  • Memotong pembicaraan guru.
  • Makan, minum di depan siswa.

Mengapa refleksi harus segera dilakukan setelah proses pembelajaran ?
Setelah proses pembelajaran, pada hari itu juga, dilakukan refleksi. Hal ini dilakukan karena suasananya masih segar dalam ingatan, segala proses pembelajaran masih mudah diingat. Diharapkan, para peserta melakukan refleksi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Walaupun demikian, jika tidak dapat dilakukan segera, refleksi dapat dilakukan setelah hari itu asalkan tersedia hasil rekaman video proses pembelajaran. Video tersebut hendaknya diputar terlebih dahulu sebelum refleksi, barulah observer melakukan refleksi.

Bagaimana tata cara melakukan refleksi ?
  • Moderator membuka sidang refleksi.
  • Moderator memperkenalkan peserta dan dirinya.
  • Mengucapkan terima kasih kepada guru pengajar dan meminta applaus.
  • Mempersilahkan guru pengajar untuk melakukan refleksi diri terlebih dahulu, misalnya :
    • Bagaimana perasaan sebelum dan sesudah pembelajaran.
    • Mengapa melakukan pengelolaan kelas yang berbeda dengan skenario.
    • Mengapa melakukan tindakan yang berbeda dengan skenario.
    • Mengapa membentuk kelompok seperti itu.
    • Apakah guru merasa tujuan pembelajaran tercapai.
    • Bagaimana tingkat kepuasan guru melaksanakan pembelajaran.
  • Mempersilahkan pengamat menyampaikan refleksi satu persatu seluruhnya hingga semua pengamat menyampaikan refleksinya, termasuk moderator. Refleksi hendaknya :
    • Mengenai siswa belajar, bukan tentang guru mengajar.
    • Berdasar catatan yang dibuat secara objektif.
    • Berisi 80% kebaikan dan 20% kekurangan.
    • Jika terpaksa hendaknya 80% tentang siswa dan 20% tentang guru
Perlu didasari bahwa rencana pembelajaran telah disusun bersama. Guru yang ditunjuk mengajar hanyalah pelaksana. Jadi jika proses pembelajaran kurang maka kekurangan itu tanggung jawab bersama, bukan hanya tanggung jawab guru pengajar.

Apakah guru pengamat hanya menyampaikan data, tanpa ada interpretasi data ?
Pengamat tidak hanya menyampaikan data, melainkan juga disertai dengan interpretasi data. Inilah makna studi di sini. Tanpa interpretasi, data yang disampaikan kurang bermakna.
Misalkan pengamat mendapatkan siswa yang bernama Joni sedang bekerja aktif dan berdiskusi dengan temannya, yakni ketika guru mengemukakan permasalahan. Pengamat hendaknya menyampaikan interpretasa : mengapa Joni bekerja aktif ? mungkin karena Joni termotivasi oleh adanya permasalahan yang dilemparkan guru. Mengapa dia berdiskusi ? mungkin karena dia menginginkan jawaban yang lebih pasti karena dia aktif bertanya dengan teman sekelompoknya sehingga suasana saling belajar membelajarkan antara Joni dengan kelompoknya semakin kental.

Bolehkan guru mengklarifikasi pendapat observer yang berbeda ?
Boleh. Terhadap suatu fenomena, orang yang berbeda boleh memiliki interpretasi yang berbeda. Misalnya ketika menyelesaikan masalah, seorang siswa nampak termenung. Pengamat mengatakan bahwa siswa bernama Rossa tersebut melamun. Guru pengajar yang memahami kondisi Rossa sehari-hari dapat mengklarifikasi bahwa jika wajahnya nampak melamun, si Rossa justru sedang aktif berfikir untuk menyelesaikan suatu permasalahan, bukan sedang melamun. Klarifikasi guru dapat dilakukan setelah semua pengamat menyampaikan refleksinya.

Untuk siapa refleksi itu ?
Refleksi dikemukakan untuk semua. Jika terdapat kelebihan-kelebihan selama proses pembelajaran, maka kelebihan itu hendaknya dipertahankan. Jika terdapat kekurangan, maka dilakukan revisi terhadap RPP atau LKS. Para peserta dapat menerapkan RPP atau LKS hasil revisi di kelas lain atau sekolah lain. Jangan dilakukan di kelas yang sama, sebab siswa akan merasa bosan. Proses penerapan RPP atau LKS hasil revisi tidak perlu diamati. Jadi mereka dapat melanjutkan sendiri-sendiri. Namun pada pertemuan berikutnya para peserta dapat mengadakan sharing tentang proses pembelajaran di masing-masing kelas atau sekolah.

Kalau begitu Lesson Study itu dilakukan hanya untuk peningkatan guru ?
Secara langsung, Lesson Study dilakukan untuk meningkatkan keprofesionalan guru. Dengan demikian perencanaan bersama, mengamati bersama dan melakukan refleksi bersama, para guru akan diasah pemahamannya dan keterampilannya tentang tujuan pendidikan yang harus diterjemahkan ke dalam tujuan pembelajaran di kelas, bagaimana merancang pembelajaran yang berpusat pada siswa belajar dan berorientasi pada aktivitas dan kreativitas siswa, serta dilatih untuk mengamati siswa belajar. Apabila keprofesionalan guru meningkat maka hasil belajar siswa pun akan meningkat pula. Pada akhirnya mutu pendidikan akan meningkat. Jadi secara tidak langsung, Lesson Study meningkatkan mutu pendidikan.

Jadi Lesson Study merupakan salah satu model inservice training bagi guru ?
Benar. Di Indonesia, Lesson Study dijadikan salah satu model pembinaan guru agar guru lebih profesional. Pembinaan ini dilakukan sendiri oleh guru bersama guru lain sehingga terjadi proses belajar membelajarkan antar guru itu sendiri. Setiap guru memiliki kelebihan masing-masing. Berbagai kelebihan tersebut secara kolaboratif dituangkan secara bersama pada saat Lesson Study, sehingga masing-masing guru meningkat keprofesionalannya. Filsafat Lesson Study adalah guru belajar, agar dapat mengajar dengan baik.
Sebagai salah satu model training, Lesson Study menggunakan kelas nyata, bukan kelas rekayasa. Kelas dapat dipilih yang berdekatan dengan sekolah sehingga guru tidak harus meninggalkan wilayahnya, meninggalkan seluruh jam mengajarnya untuk mengikuti training sehingga banyak mengganggu pekerjaannya. Dengan Lesson Study maka waktu dan biaya dapat dihemat, dan kemampuan guru untuk melakukan penelitian terhadap seluruh aspek pembelajaran diasah. Jadi Lesson Study bukan metode pembelajaran untuk siswa, melainkan model pelatihan untuk guru yang dilakukan secara kolaboratif.

Apakah Lesson Study merupakan team teaching ?
Bukan. Lesson Study karena pada waktu mengajar hanya seorang guru yang melaksanakan proses pembelajaran sementara yang lainmengamatinnya. Pada team teaching, beberapa guru bekerja sama dalam satu proses pembelajaran. Lesson Study merupakan kegiatan bersiklus yaitu plan-do-see, sementara team teaching tidak.

Mengapa Lesson Study harus dilakukan berulang kali ?
Lesson Study bertujuan merombak sudut pandang dan sikap guru dari :
  • Siswa belajar ke guru belajar.
  • Tidak menghargai keanekaragaman kemampuan siswa menjadi menghargai keanekaragaman siswa.
  • Tidak memberi hak siswa belajar menjadi memberikan hak setiap siswa untuk belajar.
  • Belajar secara individual menjadi belajar secara kolaboratif.
  • Tidak memberi peluang siswa untuk kreatif menjadi memberi kesempatan siswa untuk kreatif.
  • Tidak mempedulikan siswa menjadi mempedulikan siswa.
  • Tidak mau membuka kelas menjadi mau membuka kelas untuk diamati.

Pandangan dan sikap seseorang tidak dapat dihilangkan hanya dalam waktu sekejap. Mengubah pandangan dan sikap memerlukan waktu, berlatih secara terus menerus dan bersistem. Pelaksanaan Lesson Study memerlukan organisasi yang rapi, bersistem, dan berkelanjutan. Hasil Lesson Study tidak dapat dinikmati hari ini juga.

Faktor apa yang menyebabkan Lesson Study berhasil ?
  1. DIKNAS dan kepala sekolah menganggap perlu adanya reformasi sekolah dan pembentukan komunitas belajar untuk mencapai prestasi sekolah.
  2. Guru memandang perlu peningkatan keprof secara kolaboratif.
  3. Guru mau membuka kelas.
  4. Guru memandang Lesson Study harus dilaksanakan secara rutin berkelanjutan.
  5. Lesson Study dikaitkan dengan prestasi guru.

Faktor apa yang mnyebabkan Lesson Study gagal ?
  1. Tidak ada dukungan DIKNAS dan kepala sekolah.
  2. Guru merasa sudah hebat.
  3. Guru tidak mau membuka kelas.
  4. Tidak ada waktu.
  5. Bosan dan malas.
Sumber : Dr. Istamar Syamsuri, M. Pd.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo
SELAMAT DATANG DI SITUS CORETAN SEADANYA