Sistem Pompa Energi Kehidupan




Apakah bernafas itu ? Bernafas adalah kegiatan dimana kita menghisap udara yang mengandung oksigen melalui hidung dan memasukkan udara tersebut dengan cara mengalirkannya melalui batang tenggorok ke dalam sistem pompa udara yang disebut paru-paru untuk kemudian oksigen disebarkan ke seluruh bagian tubuh sesuai kebutuhan.

Apa gunanya bernafas ? Kita bernafas karena tubuh kita memerlukan oksigen, yang dibawa udara yang dihisap oleh hidung dan dialirkan ke dalam paru-paru sebagai bahan bakar kehidupan.

Pernafasan merupakan mekanisme untuk memasukkan oksigen ke dalam sistem tubuh dan memberi sel-sel tubuh bahan bakar untuk terus hidup. Sistem ini didesain untuk bekerja tanpa henti selama hidup kita. Dan oksigen adalah satu-satunya tujuan sistem ini ada di tubuh kita, satu-satunya target bagi paru-paru untuk terus bekerja sepanjang hidup.

Sebagai sebuah sistem pernapasan utama, paru-paru dan salurannya menuju ke hidung pasti merupakan sesuatu yang sangat penting. Gangguan pada sistem utama ini akan sangat mengganggu bahkan sangat mungkin menjadi fatal sampai pada kematian. Hentakan keras pada batang tenggorok, cekikan keras pada leher, dan penutupan paksa pada lubang hidung sebagai saluran utama, jelas akan berakibat fatal karena terhentinya mekanisme pasokan oksigen ke tubuh.

Paru-paru sebagai pompa satu-satunya untuk sistem pernapasan adalah organ yang sangat penting bagi kehidupan. Saking pentingnya, par-paru didesai sedemikian rupa sehingga beroperasi untuk menghisap udara baling tidak selama 120 tahun. Sebagai bagian dari organ penting, paru-paru termasuk organ yang berukuran cukup besar dan hampir memenuhi rongga dada kita.

Janggalnya, begitu banyak orang tidak menyadari pentingnya paru-paru bagi kehidupan mereka. Banyak orang menggunakan paru-paru untuk keperluan lain yang jelas-jelas tidak bermanfaat dan bahkan sangat merugikan karena berpotensi merusak mesin utama pernapasan dan dalam jangka panjang pasti membahayakan jiwanya.

Banyak orang menggunakan paru-paru dan sistem saluran pernapasannya bukan untuk menghisap oksigen dari udara bersih, melainkan menghisap asap hasil pembakaran tembakau, cengkeh, dan bahan-bahan psikotropika berbahaya lainnya yang tidak perlu disangkal lagi yang merupakan racun perusak paru-paru.

Para perokok nyata-nyata sedang menyalahi aturan dan fungsi paru-paru serta sistem saluran pernapasan yang telah diberikan Tuhan kepada mereka. Hasil pembakaran berbagai bahan berbahaya dianggap bisa memberi kenikmatan, ketenangan, malahan yang lebih kannyol lagi, gaya hidup ! Para perokok, Anda sedang merusak salah satu anugerah terbesar Tuhan yang berada dalam tubuh Anda sendiri.

Secara bertahap sistem pernapasan yang rusak karena kebiasaan buruk merokok pasti akan berdampak buruk pada sistem lainnya yang terkait. Berkurangnya pasokan oksigen akan mempengaruhi kerja otak karena 'makanan' utama otak adalah oksigen.

Para perokok pasti akan kehilangan kemampuannya untuk berfikir secara cerdas dan utuh. Istilah yang paling populer dan cocok untuk hal ini adalah LEMOT (LEMah OTak), sebuah istilah 'gaul' yang ditujukan untuk orang yang tidak mampu berpikir cepat, cerdas, dan utuh.

Paru-paru dan sistem pernapasan yang diberikan Tuhan untuk membuat kita bisa bernapas dan hidup pada akhirnya justru kita gunakan untuk membuat kita lemot (bodoh). Merokok sama halnya dengan memperburuk kesehatan. Kita melakukan bunuh diri secara perlahan dan dengan sengaja.

Anehnya, sangat sedikit orang yang menyadari hal ini. Ketika para perokok mati karena kanker paru-paru, dengan enaknya kita mengatakan bahwa itu memang sudah takdir. Ketika seorang bayi lahir dengan kecenderungan autisme, kita juga dengan enteng mengatakan bahwa  itu sudah suratan nasib. Ini sama saja dengan meng-kambinghitam-kan Tuhan untuk urusan kebodohan yang kita ciptakan sendiri melalui kebiasaan merokok dan tingginya paparan polusi asap buangan kendaraan bermotor yang cenderung kita hadapi setiap hari.

Sistem pernapasan sebagai sistem utama kehidupan kita seharusnya kita gunakan dengan semestinya, sesuai dengan jenis dan fungsinya. Apabila ia kita gunakan dengan menyalahi kegunaan dan fungsinya lalu sistem tersebut rusak dan berhenti bekerja, siapa yang salah ???

Sistem Distribusi Kehidupan


Ketika tubuh mendapatkan pasokan nutrisi melalui metabolisme dan oksigen melalui sistem pernapasan, siapa yang bertugas mendistribusikan semua itu ke tubuh ? dia adalah darah. Kita punya alat angkut dan alat distribusi yang setiap saat siap mengedarkan oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh tanpa kecuali. Alat angkutnya adalah darah, sedangkan jalur pendistribusinya adalah pembuluh darah besar dan kecil di seluruh tubuh.

Dan jangan lupa, darah sebagai alat transportasi istimewa punya pompa penggerak utama yang berada di dekat paru-paru di dalam rongga dada kita, yaitu jantung. Jantung adalah mesin pompa selain paru-paru, yang didesain oleh Tuhan untuk bekerja tanpa henti sepanjang hidup manusia. Menurut ilmu kedokteran konon jantung sanggup memompa darah selama 120 tahun dalam kehidupan modern ini.

Artinya, apabila manusia tubuhnya normal dan tidak memiliki kelainan yang berkaitan langsung dengan darah atau jantung., jantungnya sanggup berdetak sampai seseorang berusia 120 tahun. Tapi kenyataannya kita rata-rata hanya memakai jantung selama 50-70 tahun. Beberapa orang memang memakai jantung untuk memompa darah sampai usia 80-90 tahun, tapi di kehidupan modern hal ini termasuk ajaib dan langka.

Sebagian besar diantara kita hanya memakai jantung secara optimal selama 50 tahun dan setelah itu mungkin jantung kita hanya berfungsi sebanyak 70%-80% karena pembuluh koroner tersumbat lemak atau katup jantung kehilangan kefleksibilitasnya.

Sebagian besar orang tidak menyadari bahwa jantung adalah salah satu mesin kehidupan yang sangat penting juga dan tentunya menjadi kewajiban kita untuk menjaga dan merawatnya secara hati-hati agar tetap berfungsi dengan. Tuhan sudah menciptakan jantung bagi kita, memberikannya kepada kita, dan kita lah yang bertanggung jawab merawatnya dengan baik. Ketika Jantung tersumbat lemak dan tidak bisa berdenyut untuk memompa darah, itu bukan lagi tanggung jawab Tuhan. 

Jantung sebagai pompa utama sistem distribusi oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh, memang memerlukan lemak sebagai bahan bakarnya. Tapi ketika jumlah lemak menjadi berlebihan apa lagi lemaknya tidak bisa dilarutkan oleh enzim tubuh, kemudian lemak menyumbat pembuluh darah dalam fungsinya sebagai saluran distribusi, otomatis pompanya juga terganggu.

Ketika pompa itu terganggu hingga berhenti dan tidak sanggup lagi beroperasi, akhirnya seluruh sistem kehidupan juga ikut berhenti. Paru-paru akan berhenti memompa udara karena tidak mendapat pasokan nutrisi dan oksigen sebagai bahan bakarnya.

Jantung kita adalah pompa otot yang bekerja dengan sangat efisien. Ketika kita sedang istirahat dan rileks, jantung kita memompa dengan gerakan berlahan dan tenang. Saat seperti itu juga jantung menyimpan cadangan kekuatannya untuk keadaan darurat. Ketika kita dalam kondisi darurat, jantung dengan cadangan kekuatannya akan memompa darah lebih cepat sehingga aliran darah juga menjadi lebih cepat, pasokan darah ke otak dan ke tubuh meningkat sesuai dengan kebutuhan untuk menanggulangi keadaan darurat itu.

Jantung dioperasikan oleh sistem saraf yang bekerja otomatis dan karena itu disebut saraf otonom.Sampai tahun 80-an, sistem ini dipercaya tidak bisa diubah atau dipengaruhi agar jantung dapat bekerja lebih efisien dan kuat.  

Namun, penelitian yang terus-menerus dilakukan membuktikan bahwa jantung dan sistem penggeraknya bisa dilatih agar lebih mampu menghadapi keadaan darurat seperti serangan jantung atau naiknya tekanan darah yang tiba-tiba karena penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah.

Sebetulnya cukup banyak latihan yang muncul dari zaman awal peradaban maupun zaman modern yang sangat berguna bagi kehidupan kita. Sayangnya, banyak kesalahpapahaman tentang latihan-latihan seni pernapasan atau tenaga dalam, yang dipahami hanya sebagai latihan untuk menjadi sakti atau berkemampuan seperti paranormal. Padahal latihan-latihan seperti ini tujuannya adalah untuk memelihara sistem operasional tubuh agar berfungsi secara benar, efektif, dan efisien.

Kembali pada masalah jantung, pembuluh darah terbesar dan utama yang berhubungan dengan jantung adalah arteri. Arteri menjadi saluran utama bagi darah dari dan ke jantung lalu ke pembuluh-pembuluh darah kapiler yang lebih kecil ke seluruh tubuh.

Saluran-saluran kecil pembuluh darah dalam otak dan berbagai bagian penting tubuh juga bisa mengeras ketika oksigen yang terserap ke dalam tubuh berkurang dan digantikan nikotin, tar, dan radikal bebas. Begitupun tekanan darah, dengan semakin berkurangnya efisiennya kerja jantung, tekanan darah bisa meningkat tiba-tiba dan pembuluh darah yang mengeras tidak siap untuk menerima tekanan yang mendadak seperti ini.

Bagian dalam jantung kita terbagi dalam 4 bilik. Bilik atrium kiri atas sebagai pintu masuk, dari sini aorta mengerut secara otomatis darah mengalir ke atrium sebelah kanan dan pintu penghubung atrium kiri menutup secara otomatis pula. Lalu darah dipompa melewati nadi-nadi utama beredar ke seluruh tubuh dan mendistribusikan oksigen serta nutrisi yang dibawanya.

Setelah beredar ke seluruh tubuh darah yang kosong akan kembali lagi ke jantung melalui nadi balik untuk mengambil muatan yang sudah disiapkan oleh sistem metabolisme dan sistem pernapasan. Begitulah cara kerja jantung dan darah yang bolak-balik mengirimkan bahan makanan ke seluruh tubuh tanpa henti.

Kompleksitas Belajar dan Pembelajaran


Belajar dan pembelajaran adalah proses yang kompleks karena dipengaruhi berbagai faktor. untuk memahami dan meningkatkan cara pembelajaran guru harus memahami faktor-faktor tersebut, yaitu :

1. Pengaruh Budaya 

Setiap budaya memiliki suatu bentuk tertentu dari proses pendidikannya baik yang formal maupun yang informal. Bagaimanapun salah satu tujuan umum pendidikan adalah melestarikan kebudayaan.
Proses melestarikan kebudayaan ini dapat dilihat disemua kelompok masyarakat. Masyarakat kesukuan menjaga agar budaya dan tradisi dilestarikan melalui berbagai bentuk pendidikan seperti upacara adat, lagu, tarian, seni, dan melalui pendidikan informal khusus oleh para orang tua dan sesepuh. Sementara itu masyarakat barat aktif dalam proses pelestarian budaya melalui sekolah formal, instruksi informal, dan melalui bentuk lain seperti norma sosial dan media lainnya.

2. Pengaruh Sejarah 

Pendidikan adalah hasil dari suatu perkembangan sejarah. Perkembangan ini biasanya berasal dari suatu 'setting' bidaya sehingga mengandung bias budaya (metode pembelajaran) dan berkaitan dengan reproduksi budaya. Sejarah pendidikan Indonesia juga dipengaruhi oleh sejarah panjang kehidupan bangsa Indonesia itu sendiri. Ketika zaman kerajaan Hindu dan Budha, inti pendidikan yang diberikan kepada masyarakat adalah pendidikan tentang ajaran kedua agama tersebut yang tentu saja disertai dengan literasi atau baca tulis. Kemudian, hubungan dagang dengan bangsa yang beragama Islam diantaranya bangsa Gujarat telah menghadirkan bangsa Islam di nusantara bersama aspek-aspek pendidikannya. Istilah mandala yang merupakan pedepokan belajar yang digunakan oleh agama Hindu dan Budha, kemudian diadopsi oleh para wali dalam penyelenggaraan pendidikan agama Islam dengan nama pesantren.
Penjajahan Jepang dalam beberapa aspek juga mempengaruhi corak pendidikan di Indonesia diantarannya penerapan disiplin gaya militerisme. Upacara bendera dan penggunaan seragan di sekolah adalah salah satu contoh pengaruh pendidikan aspek sikap model Jepang.
Adanya perjalanan sejarah yang agak berbeda antar daerah di Indonesia juga mempengaruhi cara dan sikap belajar dari satu daerah ke daerah lainnya di nusantara.

3. Hambatan Praktis 

Manusia hidup di dunia yang kurang ideal dan dalam banyak hal manusia dapat berbuat justru akibat dari kekurangan keidealan tersebut. Terdapat hambatan praktis yang ditemui dalam  proses belajar pembelajaran. Guru dibatasi oleh waktu, sumber dan fasilitas. Guru juga dibatasi oleh undang-undang dan aturan yang harus diindahkan. Tidak jarang guru dibatasi idealismenya dalam belajar dan pembelajaran oleh kekakuan birokrasi dan manajemen.

4. Karakteristik Guru 

banyak hal yang mempengaruhi guru sehingga memiliki kepribadian tertentu yang unik. Lingkup budaya dimana guru berkembang, masyarakat dimana guru hidup, pengaruh keluarga, pengaruh agama, pengalaman akademis, pengalaman kerja, serta genetika atau pengaruh bawaan yang membentuk cara berfikir guru, semua akan membentuk gaya dan cara guru dalam pembelajaran. Setiap guru memiliki kepribadian yang beberapa hal membantu dalam menyelenggarakan pembelajaran walaupun beberapa aspek mungkin perlu dimodifikasi.

5. Karakteristik Siswa 

Disadari atau tidak, salah satu kegiatan pra belajar dan pembelajaran adalah mengindentifikasi karakteristik awal siswa. Karakteristik awal siswa meliputi berbagai aspek seperti : bahasa, latar belajar akademis, usia dan tingkat kedewasaan, latar belakang budaya, tingkat pengetahuan serta keterampilan yang mungkin syarat awal bagi pelajaran yang akan disajikan. Oleh sebab itu karakteristik individual siswa dapat dan harus diindentifikasi. Begitu juga karakteristik umum kelompok atau kelas harus dipahami oleh guru sebelum memulai program belajar dan pembelajaran.

6. Proses Belajar

Aspek ini berkaitan dengan proses kognitif aktual yang harus dilaluioleh siswa dalam rangka mencapai keberhasilan belajar. Ini berlangsung melalui proses penyerapan gagasan dan keterampilan baru melalui kegiatan belajar dan pembelajaran berupa pengingatan dalam waktu yang singkat kemudian menyimpan informasi yang diterima agar kelak digunakan kembali.
Bagaimanapun proses belajar adalah rumit dan kompleks karena mencakup penggunaan panca inderadan proses kognitif dari pengingatan dan pemecahan masalah. Oleh sebab itu, kondisi fisik dan psikologis harus dipertimbangkan dalam pengelolaan belajar dan pembelajaran. Dari sudut pandang psikologis, tingkat kesulitan materi belajar yang diberikan harus dirancang dengan mempertimbangkan perkembangan intelektual siswa. Begitu juga dalam belajar dan pembelajaran keterampilan, pertumbuhan fisik siswa merupakan salah satu rujukan dalam memilih kegiatan praktik yang akan diberikan dalam mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan. Ketika menyelenggarakan pembelajaran bagi peserta didik yang berusia setengah baya, daya tahan fisik sangat mempengaruhi konsentrasinya dalam belajar.

Sistem Berfikir dan Inteligensia Manusia


Mengapa otak kita sebut sebagai sistem pusat ? Disebut sistem pusat karena semua sistem kehudupan tubuh kita diatur, dikomunikasikan, dan dikomando dari sebuah unit organ berwarna putih keabu-abuan dan lunak yang terletak di dalam rongga kepala dan dilindungi oleh tulang yang paling keras di saentro tubuh, yaitu tulang dahi. Otak bisa kita umpamakan sebagai commander in chief, panglima tertinggi kehidupan kita.

Otak kita berfungsi secara efektif dan efisien untuk urusan :
  • Pengendalian : otak mengendalikan semua fungsi mental maupun fisik.
  • Penganalisis : otak bertugas menganalisis segala sesuatu yang diinputkan dan memproses segala informasi  untuk kepentingan survival.
  • Penerima : otak mengambil dan menerima seluruh input yang ditangkap oleh panca indera.
  • Penyimpan : otak merupakan tempat penyimpanan data-data yang sangat penting bagi kehidupan Anda. Data hidup Anda adalah kehidupan itu sendiri.
  • Penyaji : otak juga sekaligus menjadi penyaji kehidupan Anda. Kemampuannya menjadi komunikator kehidupan tidak perlu diragukan lagi karena otak memiliki 70 kecerdasan dasar yang bisa dikembangkan tanpa batas.
Di bagian paling atas, Tuhan menganugerahkan sesuatu yang paling istimewa se-jagad, yaitu Neo Cortex. Neo Cortex disebut juga Human Brain, dan inilah otak khas manusia. Sebuah bongkahan yang terbagi menjadi dua baggian, kanan dan kiri.

Neo Cortex istimewa karena di dalamnya mengandung intelligence, yaitu sistem kecerdasan yang jauh lebih tinggi dibandingkan instinct. Apabila instinct adalah sebuah program tertutup atau tetap karena pemiliknya hanya mengikuti program tersebut tanpa berfikir apa pun karena pasti betul, inteligensia adalah sebuah program terbuka yang sangat canggih dan bisa dikembangkan secara bebas.

Dulu kita mempercayai bahwa kecerdasan bisa diwakili dengan para meter IQ (Intelligence Quotient), dimana tesnya didominasi oleh soal-soal matematika dan logis. Belakangan ini kita malahan dibuat bingung dengan munculnya Emotional Quotient yang disebut sebagai Kecerdasan Emosional. Lalu berikutnya muncul lagi Spiritual Quotient yang juga diplesetkan sebagai Kecerdasan Spiritual.

Kecerdasan manusia tidak akan mungkin berkembang utuh hanya dengan cara pelatihan. Motivasi sehebat apa pun tanpa landasan fisik yanb baik, hanya akan jadi tindakan sia-sia. Teori Pemetaan Pikiran yang secanggih apa pun tanpa persiapan hormonal yang tepat tidak akan pernah menghasilkan kecerdasan apa pun.

Perubahan TIDAK AKAN TERJADI lewat pembelajaran teori motivasi atau teori pemprograman pikiran, apalagi hanya mengikuti semangat para Guru Sukses belaka.

Perubahan pada dasarnya adalah sebuah rangkaian perubahan cara hidup, cara makan, cara bergerak, cara bernafas, dan perubahan mendasar pada fungsi-fungsi organ fisik dari yang terkondisikan hanya oleh logika ke arah normal alamiah --- sebuah perubahan mendasar pada sistem hormonal, sistem kelenjar, sistem persarafan dan akhirnya perubahan perilaku dan perubahan pola berfikir yang seimbang memakai otak kiri dan otak kanan.

Para Guru Sukses yang berteriak-teriak memotivasi orang untuk melipatgandakan uang, para anggota MLM yang menyemangati downline-nya untuk mencari sebanyak mungkin anggota lupa bahwa manusia adalah makhluk holistik yang terdiri dari body, mind, and spirit. Mereka hanya memandangnya hanya dari sisi mind, tubuh dan jiwa tidak atau jarang diperhatikan karena mereka memang TIDAK MEMILIKI metodenya.

Sistem pendidikan kita juga hanya memperhatikan mind dan menganggap pikiran bisa dicerdaskan hanya dengan menjejalkan teori, memasukkan berbagai kurikulum yang disahkan pemerintah.

Seluruh teori yang mengandung logika dan rasional itulah yang dianggap kecerdasan. Bahkan para trainer kecerdasan emosi dan spiritual pun pada praktiknya hanya menjejalkan berbagai teori logikadan rasionalitas ke dalam benak para pesertanya. Tapi begitulah kita, masyarakat yang sangat mencintai logika dan menganggap kehidupan hanya logika.

Sementara itu, otak sesungguhnya sama sekali bukan hanya logika. Otak kiri adalah bagian otak yang mengandung kecerdasan yang berorientasi kognitif. Sedangkan otak bagian kanan adalah bagian otak yang mengandung kecerdasan afektif.

Jadi, jelas bahwa otak mempunyai kecerdasan yang bukan hanya logis matematis, melainkan juga imajinatif sampai intelek. Justru karena keberagaman kecerdasan yang dimiliki otak dan bisa dikembangkannya tanpa batas itulah manusia dijuluki sebagai Imago Dei --- citra Allah

Salah besar apabila kita menyangka bahwa kita adalah makhluk berkecerdasan terbatas, lemah, dan hanya bisa mengandalkan nasib serta takdir. Manusia bukan hanya memiliki kecerdasan logis matematis, emosi, dan spiritual, melainkan manusia terbukti memiliki kecerdasan multi dan bahkan citra dari kebesaran Tuhan sendiri.

Sebuah ciptaan yang ntaris sempurna. Manusia dengan otaknya yang istimewa adalah sebuah Master Piece, sosok Khalifah di muka bumi.

Kekuatan dan Kelemahan KTSP


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan model kurikulum yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum ini lahir seturut dengan tuntutan perkembangan yang menghendaki desentralisasi, otonomi, fleksibilitas, dan keluwesan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengalaman selama ini dengan sistem pendidikan yang sentralistik telah menimbulkan ketergantungan yang sangat tinggi terhadap pusat sehingga kemandirian dan kreativitas sekolah tidak tumbuh. Dalam pada itu pendidikan pun cenderung mencerabut siswa-siswi dari lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan baru berupa desentralisasi yang ditandai dengan pemberian kewenangan kepada sekolah untuk mengelolah sekolah. Menurut Slamet (2005:3):
Desentralisasi pendidikan bertujuan untuk meningkatkan mutu layanan dan kinerja pendidikan, baik pemerataan, kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Selain itu desentralisai juga dimaksudkan untuk mengurangi beban pemerintah pusat yang berlebihan, mengurangi kemacetan-kemacetan jalur-jalur komunikasi, meningkatkan (kemandirian, demokrasi, daya tanggap, akuntabilitas, kreativitas, inovasi, prakarsa), dan meningkatkan pemberdayaan dalam pengelolaan dan kepemimpinan pendidikan.

Mengacu kepada pendapat Slamet, ada dua kepentingan besar dari desentralisasi pendidikan, pertama, untuk meningkatkan kinerja pendidikan. Kedua, mengurangi beban pusat, sebab dikhawatirkan jika pusat terus dibebani tanggung jawab pengelolaan pendidikan, maka mutu pendidikan akan terus melorot.

Menurut Abdul Kadir (2001:1) ada dua isu besar yang mengiringi pelaksanaan otonomi pendidikan, yakni dimulainya masa transisi desentralisasi pengelolaan pendidikan dan kecenderungan merosotnya hasil pembangunan pendidikan yang selama ini dicapai. Menurut Suyanto (2001) sebagaimana dikutip oleh Abdul Kadir:
Bahwa salah satu cara yang dapat ditempuh adalah diberlakukannya manajemen pendidikan berbasis pada sekolah (school based education) dan model perencanaan dari bawah (bottom up planning). Mengenai kecenderungan merosotnya pencapaian hasil pendidikan selama ini, langkah antisipatif yang perlu ditempuh adalah mengupayakan peningkatan partisipasi masyarakat terhadap dunia pendidikan, peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan, serta perbaikan manajemen di setiap jenjang, jalur, dan jenis pendidikan".

Salah satu komponen yang didesentralisasi melalui penerapan School Based Management adalah pengelolaan kurikulum. Menurut Slamet (2005:3):
Kurikulum yang dibuat oleh pemerintah pusat adalah kurikulum standar yang berlaku secara nasional. Padahal kondisi sekolah pada umumnya sangat beragaman. Oleh karena itu, dalam implementasinya, sekolah dapat mengembangkan (memperdalam, memperkaya, memodifikasi), namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional. Selain itu, sekolah diberi kebebasan untuk mengembangkan muatan kurikulum lokal.

Atas dasar inilah diperlukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum operasional sekolah. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 bab I pasal 1 point (15), menyatakan, "KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan." Jadi, dalam KTSP sekolah diberikan keluwesan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan karakteristik, kebutuhan dan potensi sekolah dan daerah.

Dalam Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah yang dikeluarkan oleh Badan Tandar Nasional Pendidikan 2006, dinyatakan bahwa:
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

Sejauh ini KTSP telah dilaksanakan di wilayah Republik Indonesia, walaupun belum merata karena berbagai faktor, antara lain faktor geografis, bahwa wilayah Indonesia yang berbentuk kepulauan menjadi hambatan tersendiri, faktor lain adalah kesiapan sekolah dalam mengimplementasi KTSP. Kecenderungan selama ini bahwa sekolah hanya mengharapkan kurikulum dari pusat telah menimbulkan sikap ketergantungan yang kuat, sehingga kemandirian apalagi kreativitas belum tumbuh, tentu menjadi hambatan tersendiri.

Perlu dicatat bahwa seturut dengan lahirnya KTSP, pemerintah masih menggunakan Ujian Nasional untuk mengukur mutu, sekaligus menentukan kelulusan siswa. Padahal dalam KTSP tidak dikenal Ujian Nasional, karena namanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan kurikulum yang dikembangkan dari kebutuhan dan karakteristik sekolah. Persoalan semakin intens ketika dihubungkan dengan kepentingan bangsa dalam hubungan dengan nation character building. Justru, kalau mau jujur KTSP menciptakan gap antar daerah dan berpotensi menimbulkan disintegrasi bangsa.

Untuk membedah kekuatan dan kelemahan dari KTSP, penulis mendekatinya dari tiga mainstream, yakni globalisasi lokal (glokal); standar nasional pendidikan; dan kepentingan nation. Diharapkan dengan uraian selanjutnya terbentuk perspektif yang lebih luas dalam memandang KTSP yang sudah sedang diimplementasikan.

Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2010/09/membedah-kekuatan-dan-kelemahan-ktsp.html#ixzz2HB1Oi2Mg

7 Mata Pelajaran SD Tahun 2013


Rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk mengubah kurikulum KTSP 2006 dengan kurikulum baru yang akan mulai berlaku 2013 sudah bisa dipastikan akan benar terjadi. Kurikulum pendidikan nasional yang saat ini masih digodok dan jadwalnya akan Februari 2013 nanti terjadi penyederhanaan jumlah mata pelajaran.

Kurikulum pendidikan nasional dengan konsep penyederhanaan jumlah mata pelajaran terus digodok bersama tim dari pemerintah pusat dan sejumlah pakar pendidikan. Hampir dipastikan untuk siswa sekolah dasar (SD) hanya akan ada 7 mata pelajaran dari 11 mata pelajaran sebelumnya diajarkan di bangku sekolah dasar.

Seperti dikatakan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Suyanto yang dikutip dari Kompas (02/10). Inilah 7 mata pelajaran yang akan diajarkan untuk siswa SD di kurikulum pendidikan baru 2013:
1. Pendidikan Agama
2. Bahasa Indonesia
3. PPKn
4. Matematika
5. Kesenian
6. Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan
7. Pengetahuan Umum

Khusus untuk mata pelajaran IPA dan IPS, Kemendikbud menilai kedua mata pelajaran itu belum perlu dipisahkan untuk jenjang SD. Diwacanakan, keduanya akan dilebur menjadi satu mata pelajaran bernama Pengetahuan Umum yang memiliki muatan yang terintegrasi dengan jenjang SMP dan SMA.

Sebelumnya Suyanto juga menyampaikan jumlah mata pelajaran di SD untuk kurikulum pendidikan baru ini akan lebih disederhanakan, tetapi muatannya lebih mendalam. Hal ini berbeda dengan kondisi mata pelajaran di SD saat ini yang cakupannya terlalu luas, tetapi tidak sebanding dengan isi materinya.

Kemendikbud memilih mata pelajaran yang lebih mengedepankan pembentukan sikap dan mengandung dasar-dasar mata pelajaran yang memiliki substansi pengembangan wawasan umum. Kurikulum baru ini akan mulai disosialisasikan dan diuji publik sebelum Februari 2013, dan mulai berlaku pada tahun ajaran 2013-2014.

Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2012/10/7-mata-pelajaran-untuk-sd-di-kurikulum.html#ixzz2HAyDIAWw

Saatnya Ayah Mencukupi Gizi Anak


Budaya patriakat yang dianut masyarakat Sikka dari masa lampau ternyata masih diwariskan hingga saat ini. Konsekuensinya, urusan anak dan rumah tangga menjadi tanggung jawab ibu. Hamil dan melahirkan dianggap sudah kodrat seorang ibu. Menyusui dan membesarkan juga sepenuhnya wewenang ibu.

Padahal, anak pada dasarnya tidak pernah menginginkan kehadirannya di dunia ini. Anak pada dasarnya tidak menghendaki sebuah kehidupan tercipta. Kehadiran seorang anak merupakan konsekuensi dari cinta kasih orang tua, ayah dan ibu. Sebagai sebuah akibat dari perwujudan cinta kasih, sesungguhnya anak mestinya dicintai setulusnya baik oleh ibu maupun ayah. Sebagai kepala keluarga, seorang ayah berkewajiban memenuhi segala nutrisi yang dibutuhkan anak sejak dalam kandungan hingga minimal anak mencapai 1000 hari umurnya.

Makanan tidak hanya mempengaruhi kesehatan tubuh, tetapi juga otak. Anak membutuhkan asupan gizi yang tepat untuk meningkatkan kemampuan otak mereka. Nutrisi yang baik dari makanan dapat meningkatkan memori otak dan keterampilan anak sehingga mereka menjadi lebih mahir dalam menghafal atau mengingat sesuatu.

Karena itu, asupan gizi yang seimbang mestinya sudah tersedia dalam jumlah yang cukup semenjak anak menyusu pada ibunya dalam bentuk ASI. Oleh dr. Zhang Wenhua seorang dokter spesialis anak, pada saat menyusui, seorang ibu sesungguhnya sedang membentuk inteligensia dan emosional anaknya. ASI yang sang ibu berikan kepada anaknya mengandung komposisi gizi yang sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan otak bayi. Uji klinis telah membuktikan bahwa bayi yang dibesarkan dengan ASI, IQ-nya (Intellegencia Quotient) lebih tinggi. Melalui proses menyusui, pendekatan intim antara bayi dan ibu, lebih mudah menumbuhkan EQ bayi dalam kepercayaan diri sendiri maupun orang lain.

Dimanakah peran sang Ayah ketika sang Ibu bertugas menyusui? Ayah wajib memenuhi nutrisi yang dibutuhkan ibu bagi asupan gizi sang anak. Kewajiban ini mutlak dipenuhi sang ayah karena ayah bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah karena untuk pemberian ASI eksklusif saja sangat diperlukan peran sosok seorang ayah. Menurut Menteri Kesehatan RI, para suami agar dapat ikut berpartisipasi dalam menyukseskan pemberian ASI eksklusif dalam upaya mendorong pemberian makanan bayi itu yang masih rendah di Indonesia. Kami melihat salah satu permasalahannya adalah karena ini merupakan masalah gender, para ayah kurang mau terlibat dalam pemberian ASI kepada anaknya, dan menjadikannya masalah perempuan saja. Oleh karena itu, suami juga perlu dilibatkan dalam promosi ASI eksklusif ini.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, jelaslah bahwa peran ayah dalam men-suplai kebutuhan gizi bagi anak masih sangat rendah. Ayah tidak terlalu peduli dengan masalah menyiapkan makanan pokok, mengolah bahan makanan menjadi menu seimbang, menyuapi anak, dan mendampingi anak selama proses tumbuh kembangnya. Berdasarkan data Susenas 2010, baru 33,6 persen atau sekitar sepertiga bayi yang mendapatkan ASI eksklusif mulai lahir hingga berusia enam bulan, cakupan yang dinilai masih sangat rendah.

Selain ASI eksklusif yang diberikan hingga bayi berusia 6 bulan, bayi pun memerlukan makanan pendamping ASI yang cukup untuk tumbuh kembangnya. Pada prinsipnya, bayi memerlukan pemberian makanan secara bertahap. Dari tahap awal yang dimulai dari yang cair, lalu setengah padat, kemudian padat, dan dilanjutkan makanan biasa berupa nasi dan lauk pauk. Tidak ketinggalan asupan air, vitamin, serta mineral untuk bayi haruslah cukup.

Bagaimana peran ayah dalam menyediakan kebutuhan gizi bagi anak selama 1000 hari pertama?

1. Sebagai suplair
Ayah harus berperan sebagai suplair atau penyedia. Ayah wajib menyediakan berbagai kebutuhan ibu bukan hanya pada saat menyusui, tetapi juga ketika anak masih dalam kandungan. Bahan makanan sederhana, tetapi berkalori seperti nasi, ubu-ubian, atau jagung, kampungan, tetapi bermineral seperti daun singkong, daun merungge, daun katuk, dan murah, tetapi berprotein seperti telur, ikan teri, kacang-kacangan merupakan bahan makanan penting yang harus disediakan ayah untuk ibu dan anak.

2. Sebagai pengolah
Ayah harus menjadi pengolah bahan makanan menjadi menu seimbang. Sudah saatnya ayah menjadi “Chef Master” keluarga pada saat ibu dan anak memasuki masa emasnya. Makanan yang enak tidak harus mahal, bukan? Pengolahan sederhana/tradisional dapat dilakukan ayah karena mengolah makanan secara tradisional diyakini tidak menghilangkan zat makanan. Bening merungge, ketupat, rebus telur adalah menu seimbang kaya gizi bagi ibu dan anak. Rebus kacang hijau, bayam tumis, sangan ikan teri, dan nasi jagung juga merupakan menu seimbang yang kaya gizi. Menu masakan seperti ini bisa dilakukan oleh semua ayah di Niang Sikka tanpa kecuali. Jika semuanya disiapkan dengan penuh cinta seperti sejak pandangan pertama dan disantap oleh ibu dengan penuh cinta akan tumbuh kembang si buah hati, niscaya anak pasti menjadi pewaris keluarga yang sehat dan kuat.

3. Sebagai rekan sekerja
Ketika anak sudah mulai bisa makan sendiri, ibu dan ayah bisa berbagi peran dalam menyiapkan hidangan dan menyuapi si Kecil. Ayah harus bisa menjadi mitra sekerja ibu secara sukarela dan senang hati. Ayah harus bisa merayu anak untuk bisa makan sayur bening dan nasi. Ayah juga harus bisa mengendalikan anak untuk tidak mengonsumsi makanan instan/cepat saji. Ayah harus bisa melatih anak untuk berani menentukan pilihan dan bertanggung jawab atas pilihan makanan yang dilakukan anak. Ayah dan ibu harus bisa meyakinkan anak bahwa makanan bergizi tidak harus mahal.

4. Sebagai kepala keluarga yang bijaksana
Ayah harus bisa menjadi teladan dalam melakukan setiap pekerjaan. Ayah tidak bisa mengatakan bahwa anak harus minum air putih, sementara ayah bisa minum moke. Ayah tak bisa melarang anak beli mie instan, sementara ayah membeli ikan kaleng untuk teman minum moke. Ayah tidak bisa melarang anak isap rokok, sementara ayah dengan nikmat menyedot asap tembakau. Untuk itu, jadilah ayah yang sesungguhnya ayah dalam segala hal.

Demikian ungkapan pikiran sederhana yang dapat kami tuangkan dalam tulisan ini. Semoga bermanfaat bagi setiap keluarga di Niang Sikka, teristimewa bagi sesama kaumku. Di tangan kita generasi keluarga dan bangsa terwujud.


Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2012/11/saatnya-ayah-mencukupi-gizi-anak.html#ixzz2GaqBCaGq

Kerangka Dasar Kurikulum



1.   Kelompok Mata Pelajaran
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional  Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
a. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
b. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan   dan kepribadian;
c. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
d. kelompok mata pelajaran estetika;
e. kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
Cakupan setiap kelompok mata pelajaran disajikan seperti di bawah ini :

No
Kelompok Mata Pelajaran
Cakupan
1.
Agama dan Akhlak Mulia
Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
2.
Kewarganega-raan dan Kepribadian
Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia.
Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme.
3.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri.
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri.
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMA/MA/SMALB dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri.
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMK/MAK dimaksudkan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi, membentuk kompetensi, kecakapan, dan kemandirian kerja.
4.
Estetika
Kelompok mata pelajaran estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.
5.
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta menanamkan sportivitas dan kesadaran hidup sehat.
Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sportivitas dan kesadaran hidup sehat.
Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada SMA/MA/SMALB/SMK/MAK dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sikap sportif, disiplin, kerja sama, dan hidup sehat.
Budaya hidup sehat termasuk kesadaran, sikap, dan perilaku hidup sehat yang bersifat individual ataupun yang bersifat kolektif kemasyarakatan seperti keterbebasan dari perilaku seksual bebas, kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah, muntaber, dan penyakit lain yang potensial untuk mewabah.

Selain  tujuan dan cakupan kelompok mata pelajaran sebagai bagian dari kerangka dasar kurikulum, perlu dikemukakan prinsip pengembangan kurikulum.

2.      Prinsip Pengembangan Kurikulum
Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta  panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut.

a.   Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.

b.      Beragam dan terpadu
   Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.


cTanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,  teknologi, dan seni
     Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

d.      Relevan dengan  kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan   melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan  kemasyarakatan, dunia usaha dan  dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi,  keterampilan  berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

e.      Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

f.      Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

g.     Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    3.   Prinsip Pelaksanaan Kurikulum
          Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan prinsip-prinsip :
a.  Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.
b.  Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
d.  Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan).
e.  Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).
f.  Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
g.  Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

7 Keajaiban yang Tersembunyi



Saat waktu menjelang siang hari dan jam pelajaran hampir berakhir, sang guru di sebuah sekolah dasar memberikan tugas kepada siswa-siswanya untuk menuliskan Tujuh Keajaiban Dunia. Semua siswa diminta untuk mengumpulkan tugas mereka masing-masing. Seorang gadis kecil pendiam di kelas itu mengumpulkan tugasnya dengan penuh keraguan. Tidak ada seorangpun yang memperhatikan hal itu…

Malamnya sang guru memeriksa tugas siswa-siswanya itu. Sebagian besar siswa menulis demikian:

Tujuh Keajaiban Dunia:
1. Menara Pisa
2. Menara Eiffel
3. Kuil Parthenon
4. Piramida
5. Borobudur
6. Taj Mahal
7. Tembok Besar Cina


Setiap lembar jawaban yang didapatkan hampir seluruhnya sama, hanya urutan jawaban saja yang berbeda. Namun guru itu terus memeriksa sampai lembar yang paling akhir…
Tapi saat memeriksa lembar yang paling akhir itu, sang guru terdiam. Lembar terakhir itu milik si gadis kecil pendiam…
Isinya seperti ini:


Tujuh Keajaiban Dunia:
1. Bisa melihat
2. Bisa mendengar
3. Bisa menyentuh
4. Bisa disayangi
5. Bisa merasakan
6. Bisa tertawa, dan
7. Bisa mencintai


Setelah duduk diam beberapa saat, sang guru menutup lembaran tugas siswa-siswanya. Kemudian menundukkan kepalanya berdoa. Mengucap syukur untuk seorang gadis kecil pendiam di kelasnya, yang telah mengajarkannya sebuah pelajaran penuh arti.

Tidak perlu mencari sampai ke ujung dunia untuk menemukan keajaiban. Keajaiban itu ada di sekeliling kita untuk kita miliki.

Bersyukur atas semua yang telah kita miliki hari ini.

Buku di Kurikulum 2013 Dibuat Oleh Kemendikbud


Kurikulum baru yang akan mulai diterapkan tahun ajaran baru 2013/2014 merombak hampir seluruh sistem pembelajaran di sekolah dasar (SD). Perubahan kurikulum ini mengurangai mata pelajaran yang saat ini berjumlah 10 menjadi 6 mata pelajaran. Proses pembelajaran dengan mengunakan metode berbasis tematik integratif ini juga membawa perubahan pada buku-buku pelajaran sebagai bahan ajar.

Rencananya, buku-buku pelajaran yang akan digunakan oleh peserta didik akan dibuat oleh tim penyusun yang dibentuk Kemendikbud dengan beranggotakan guru-guru dan para ahli pendidikan. Penerbit-penerbit buku mata pelajaran hanya akan memiliki hak untuk menggandakan, bukan menulis buku pelajaran baru.

"Buku tidak kita serahkan ke siapapun, tapi oleh tim yang kita bentuk sendiri. Harus ada penanggung jawab yang utama. Yang lain cuma tinggal mencetak saja. Kita pastikan dulu ini beres, urusan siapa yang mencetak itu urusan belakangan," kata Mendikbud Mohammad Nuh (6/12/2012).

Alasan kebijakan hanya tim penyusun dari Kemendikbud yang berhak menyusun buku-buku pelajaran yang digunakan di kurikulum 2013 adalah untuk menghindari kesalahan konten. Seperti kejadian beberapa waktu yang lalu, ada buku pelajaran yang memuat konten pornografi dan konten-konten lain yang tidak layak dikonsumsi peserta didik.

Tim penyusun yang dibentuk Kemendikbuk sebagai penanggung jawab utama pada buku pelajaran yang digunakan di sekolah. Penyusun buku pegangan untuk kurikulum 2013 oleh tim penyusun buku beranggotakan guru-guru dan para ahli pendidikan ini untuk menanggulangi kesalahan penerbit-penerbit buku pelajaran.

"Jadi kalau ada penanggung jawab utama maka kalau muncul Maria Ozawa di buku pelajaran, atau 'Kisah Bang Maman Kali Pasir' maka akan jelas siapa yg bertanggung jawab. Isi buku 100 persen menjadi tanggung jawab pusat. Yang lain tinggal mencetak saja," jelas Mohammad Nuh.

Saat kurikulum 2013 sedang memasuki tahap uji publik untuk mendapatkan tanggapan dari berbagai elemen masyarakat. Rencananya, mulai Juni 2013 akan dilakukan implementasi terbatas dari kurikulum baru tersebut. Kemudian, pada tahun 2015 akan dilakukan evaluasi dari implementasinya. Bagaimana komentar Bapak Ibu? Setuju atau tidak jika buku pelajaran hanya akan dibuat oleh Kemendikbud?


Sumber : http://www.sekolahdasar.net/2012/12/Buku-Kurikulum-2013-Dibuat-Oleh-Kemendikbud.html#ixzz2Gam4jZRI

Lesson Study


Apakah Lesson Study itu ?
Lesson Study atau studi pembelajaran adalah suatu kegiatan pengkajian terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh para guru secara berkesinambungan untuk meningkatkan keprofesionalan mereka, dalam rangka studi pembelajaran itu para guru melakukan kolaborasi untuk merencanakan pembelajaran secara bersama-sama, mengobservasi proses pembelajaran bersama-sama dan pada tahap selanjutnya mengadakan refleksi secara bersama pula.

Darimana Lesson Study berasal ?
Lesson Study merupakan terjemahan dari bahasa Jepang jugyokenkyu. Jugyo berarti pembelajaran dan kenkyu berarti study. Di Jepang, Lesson Study telah dilaksanakan sejak 100 tahun yang lalu, dan sekarang telah diadopsi oleh negara-negara di Eropa, Amerika, Afrika, Asia termasuk Indonesia.

Mengapa harus Lesson Study ?
Lesson Study dapat meningkatkan kualitas mengajar dan belajar karena para guru melakukan pengkajian pembelajaran di kelas nyata. Mereka melakukan perencanaan bersama, kemudian menunjuk salah seorang guru untuk mengajar sesuai rencana tersebut sementara yang lain menjadi pengamat, dan pada akhir pembelajaran seluruh peserta melakukan refleksi. Hal itu membuat guru dihadapkan pada permasalahan di kelas, dengan demikian akan menghasilkan guru yang profesional dan inovatif.

Siapa sajakah peserta Lesson Study itu ?
Peserta Lesson Study boleh para guru sebidang studi (misal dari MGMP bidang studi), boleh para guru lintas bidang studi (misal dari berbagai mata pelajaran baik dari satu sekolah maupun lain sekolah). Jumlah para peserta berkisar 3-15 orang. Selain peserta yang terdiri dari para guru, orang tua siswa, pejabat, dan masyarakat. Biasanya, peninjau hanya hadir pada waktu proses pembelajaran dan refleksi berlangsung.

Bagaimana membentuk peserta Lesson Study ?
Sekelompok guru bersepakat membentuk kelompok Lesson Study. Misalnya melalui MGMP atau MGMPS. Setelah membentuk kelompok, maka hendaknya disusun jadwal pertemuan dan disetujui aturan-aturan kelompok. Mengingat proses pembelajaran menyangkut siswa, kelas, dan jam mengajar guru, maka kelompok hendaknya seijin kepala sekolah dan DIKNAS setempat. Sebenarnya kepala sekolah dan DIKNAS tidak hanya memberi ijin, tetapi hendaknya ikut bertanggung jawab tentang kesuksesan Lesson Study.

Bagaimana langkah-langkah kegiatan Lesson Study ?
Menurut Fernandez dan Yoshida (2004) terdapar 6 langkah dalam proses melaksanakan suatu Lesson Study, yaitu :
  • Merencanakan pembelajaran secara kolaboratif (bersama-sama).
  • Pelaksanaan pembelajaran. Seorang guru ditunjuk sebagai pengajar sementara yang lain menjadi pengamat.
  • Melakukan diskusi refleksi tentang pembelajaran.
  • Merevisi rencana pembelajaran.
  • Melaksanakan pembelajaran di masaing-masing kelas.
  • Melakukan sharing tentang hasil pembelajaran masing-masing.
Jika langkah Lesson Study disingkat menjadi perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan refleksi (see) maka Lesson Study merupakan siklus dari kegiatan plan-do-see.

Kegiatan apa saja yang dilakukan peserta dalam proses perencanaan (plan) ?
Mula-mula peserta memilih salah seorang peserta menjadi moderator. Moderator memimpin sidang perencanaan. Dalam proses perencanaan para guru hendaknya mengkaji :

  1. Kurikulum (KTSP), termasuk di dalamnya mencermati Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi.
  2. Menentukan materi pembelajaran yang akan disajikan. Biasanya materi yang dipilih adalah yang :
    • Sulit bagi siswa.
    • Sulit bagi guru.
    • Materi baru dalam kurikulum.
    • Memerlukan metode pembelajaran yang efektif.
    • Memerlukan media pembelajaran yang efektif.
  3. Menyusun indikator dan pengalaman belajar siswa.
  4. Menentukan metode yang sesuai.
  5. Menentukan urutan proses pembelajaran.
  6. Menyusun LKS (jika diperlukan).
  7. Menyusun evaluasi.
Metode apapun yang dipilih hendaknya mampu membuat siswa :

  • Belajar aktif.
  • Kreatif (misal masing-masing mengemukakan penemuan sendiri-sendiri).
  • Belajar secara kolaboratif (saling membelajarkan dan masing-masing memiliki hasil belajar secara individu).

Jadi apakah hasil (out put) kegiatan perencanaan itu ?
Hasil kegiatanperencanaan adalah :
  • Rencana Proses Pembelajaran (RPP), ini digunakan sebagai skenario proses pembelajaran.
  • Media pembelajaran yang diperlukan.
  • LKS (jika diperlukan).

Siapakah yang ditunjuk untuk melaksanakan proses pembelajaran ?
Proses penunjukan salah seorang peserta menjadi guru pengajar dilakukan setelah dihasilkan RPP dan LKS. Jadi rencana itu milik bersama sementara guru yang ditunjuk hanya pelaksana belaka. Terserah pada kesepakatan siapa yang akan ditunjuk untuk mengimplementasikan skenario pembelajaran yang telah disusun bersama itu. Sebaiknya guru yang ditunjuk dilakukan secara bergiliran agar semua pernah melaksanakan proses pembelajaran yang diamati guru lain.

Apakah guru yang ditunjuk harus patuh pada skenario yang disusun ?
Pada prinsipnya, guru hendaknya patuh pada skenario yang telah disusun. Akan tetapi ketika proses pembelajaran berlangsung, situasi dan kondisi bisa berubah, tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dalam kondisi demikian, guru pengajar hendaknya memiliki kepekaan dan kreatifitas untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Guru pengajar dapat memodifikasi atau bahkan mengubah skenario sesuai dengan keadaan.

Ketika proses pembelajaran berlangsung, apa tugas pengamat ?
Tugas pengamat semata-mata adalah mengobservasi bagaimana siswa belajar, bukan bagaimana guru mengajar. Juga tidak perlu observasi kesesuaian antara skenario dengan proses pembelajaran. Observasi tentang siswa belajar meliputi :
  •  Kapan siswa berkonsenterasi dan kapan tidak konsentrasi.
  • Bagaimana tingkah laku siswa.
  • Bagaimana bahasa tubuh siswa.
  • Apa yang diucapkan siswa.
  • Bagaimana hubungan siswa-siswa.
  • Bagaimana hubungan siswa-guru.
  • Bagaimana hubungan siswa-lingkungan.
Untuk memudahkan pengamatan, pengamat perlu membuat lembar observasi. Pengamat dapat mengamati kelompok siswa tertentu, agar pengamatannya lebih terfokus, sementara pengamat yang lain mengamati kelompok yang lain. Usahakan data hasil pengamatan ditulis secara akurat, objektif, bukan berdasar apa yang seharusnya sesuai keinginan pengamat, melainkan berdasar keadaan sebenarnya.

Juga perlu diingat prinsip-prinsip refleksi nantinya adalah mengemukakan 80% kebaikan dan hanya 20% kekurangan . tidak dapat dihindari suatu suatu fenomena pembelajaran pasti menyangkut juga guru. Jika demikian maka perlu diingat bahwa refleksi yang disampaikan hendaknya 80% mengenai siswa belajar dan hanya 20% mengenai guru mengajar.

Apa yang boleh dilakukan pengamat dan yang tidak boleh ?
Pengamat boleh :
  •  Mengamati satu kelompok siswa secara intensif.
  • Membawa catatan, kamera, dan alat tulis menulis.
  • Berada di samping atau di depan siswa.
Pengamat tidak boleh :
  •  Mondar mandir di dalam kelas mengganggu konsentrasi siswa belajar.
  • Berbicara dengan pengamat lain.
  • Membantu siswa belajar. Siswa belajar harus dalam kendali guru pengajar, pengamat dilarang melakukan interfensi, meskipun konsep yang diberikan guru pengajar salah.
  • Memotong pembicaraan guru.
  • Makan, minum di depan siswa.

Mengapa refleksi harus segera dilakukan setelah proses pembelajaran ?
Setelah proses pembelajaran, pada hari itu juga, dilakukan refleksi. Hal ini dilakukan karena suasananya masih segar dalam ingatan, segala proses pembelajaran masih mudah diingat. Diharapkan, para peserta melakukan refleksi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Walaupun demikian, jika tidak dapat dilakukan segera, refleksi dapat dilakukan setelah hari itu asalkan tersedia hasil rekaman video proses pembelajaran. Video tersebut hendaknya diputar terlebih dahulu sebelum refleksi, barulah observer melakukan refleksi.

Bagaimana tata cara melakukan refleksi ?
  • Moderator membuka sidang refleksi.
  • Moderator memperkenalkan peserta dan dirinya.
  • Mengucapkan terima kasih kepada guru pengajar dan meminta applaus.
  • Mempersilahkan guru pengajar untuk melakukan refleksi diri terlebih dahulu, misalnya :
    • Bagaimana perasaan sebelum dan sesudah pembelajaran.
    • Mengapa melakukan pengelolaan kelas yang berbeda dengan skenario.
    • Mengapa melakukan tindakan yang berbeda dengan skenario.
    • Mengapa membentuk kelompok seperti itu.
    • Apakah guru merasa tujuan pembelajaran tercapai.
    • Bagaimana tingkat kepuasan guru melaksanakan pembelajaran.
  • Mempersilahkan pengamat menyampaikan refleksi satu persatu seluruhnya hingga semua pengamat menyampaikan refleksinya, termasuk moderator. Refleksi hendaknya :
    • Mengenai siswa belajar, bukan tentang guru mengajar.
    • Berdasar catatan yang dibuat secara objektif.
    • Berisi 80% kebaikan dan 20% kekurangan.
    • Jika terpaksa hendaknya 80% tentang siswa dan 20% tentang guru
Perlu didasari bahwa rencana pembelajaran telah disusun bersama. Guru yang ditunjuk mengajar hanyalah pelaksana. Jadi jika proses pembelajaran kurang maka kekurangan itu tanggung jawab bersama, bukan hanya tanggung jawab guru pengajar.

Apakah guru pengamat hanya menyampaikan data, tanpa ada interpretasi data ?
Pengamat tidak hanya menyampaikan data, melainkan juga disertai dengan interpretasi data. Inilah makna studi di sini. Tanpa interpretasi, data yang disampaikan kurang bermakna.
Misalkan pengamat mendapatkan siswa yang bernama Joni sedang bekerja aktif dan berdiskusi dengan temannya, yakni ketika guru mengemukakan permasalahan. Pengamat hendaknya menyampaikan interpretasa : mengapa Joni bekerja aktif ? mungkin karena Joni termotivasi oleh adanya permasalahan yang dilemparkan guru. Mengapa dia berdiskusi ? mungkin karena dia menginginkan jawaban yang lebih pasti karena dia aktif bertanya dengan teman sekelompoknya sehingga suasana saling belajar membelajarkan antara Joni dengan kelompoknya semakin kental.

Bolehkan guru mengklarifikasi pendapat observer yang berbeda ?
Boleh. Terhadap suatu fenomena, orang yang berbeda boleh memiliki interpretasi yang berbeda. Misalnya ketika menyelesaikan masalah, seorang siswa nampak termenung. Pengamat mengatakan bahwa siswa bernama Rossa tersebut melamun. Guru pengajar yang memahami kondisi Rossa sehari-hari dapat mengklarifikasi bahwa jika wajahnya nampak melamun, si Rossa justru sedang aktif berfikir untuk menyelesaikan suatu permasalahan, bukan sedang melamun. Klarifikasi guru dapat dilakukan setelah semua pengamat menyampaikan refleksinya.

Untuk siapa refleksi itu ?
Refleksi dikemukakan untuk semua. Jika terdapat kelebihan-kelebihan selama proses pembelajaran, maka kelebihan itu hendaknya dipertahankan. Jika terdapat kekurangan, maka dilakukan revisi terhadap RPP atau LKS. Para peserta dapat menerapkan RPP atau LKS hasil revisi di kelas lain atau sekolah lain. Jangan dilakukan di kelas yang sama, sebab siswa akan merasa bosan. Proses penerapan RPP atau LKS hasil revisi tidak perlu diamati. Jadi mereka dapat melanjutkan sendiri-sendiri. Namun pada pertemuan berikutnya para peserta dapat mengadakan sharing tentang proses pembelajaran di masing-masing kelas atau sekolah.

Kalau begitu Lesson Study itu dilakukan hanya untuk peningkatan guru ?
Secara langsung, Lesson Study dilakukan untuk meningkatkan keprofesionalan guru. Dengan demikian perencanaan bersama, mengamati bersama dan melakukan refleksi bersama, para guru akan diasah pemahamannya dan keterampilannya tentang tujuan pendidikan yang harus diterjemahkan ke dalam tujuan pembelajaran di kelas, bagaimana merancang pembelajaran yang berpusat pada siswa belajar dan berorientasi pada aktivitas dan kreativitas siswa, serta dilatih untuk mengamati siswa belajar. Apabila keprofesionalan guru meningkat maka hasil belajar siswa pun akan meningkat pula. Pada akhirnya mutu pendidikan akan meningkat. Jadi secara tidak langsung, Lesson Study meningkatkan mutu pendidikan.

Jadi Lesson Study merupakan salah satu model inservice training bagi guru ?
Benar. Di Indonesia, Lesson Study dijadikan salah satu model pembinaan guru agar guru lebih profesional. Pembinaan ini dilakukan sendiri oleh guru bersama guru lain sehingga terjadi proses belajar membelajarkan antar guru itu sendiri. Setiap guru memiliki kelebihan masing-masing. Berbagai kelebihan tersebut secara kolaboratif dituangkan secara bersama pada saat Lesson Study, sehingga masing-masing guru meningkat keprofesionalannya. Filsafat Lesson Study adalah guru belajar, agar dapat mengajar dengan baik.
Sebagai salah satu model training, Lesson Study menggunakan kelas nyata, bukan kelas rekayasa. Kelas dapat dipilih yang berdekatan dengan sekolah sehingga guru tidak harus meninggalkan wilayahnya, meninggalkan seluruh jam mengajarnya untuk mengikuti training sehingga banyak mengganggu pekerjaannya. Dengan Lesson Study maka waktu dan biaya dapat dihemat, dan kemampuan guru untuk melakukan penelitian terhadap seluruh aspek pembelajaran diasah. Jadi Lesson Study bukan metode pembelajaran untuk siswa, melainkan model pelatihan untuk guru yang dilakukan secara kolaboratif.

Apakah Lesson Study merupakan team teaching ?
Bukan. Lesson Study karena pada waktu mengajar hanya seorang guru yang melaksanakan proses pembelajaran sementara yang lainmengamatinnya. Pada team teaching, beberapa guru bekerja sama dalam satu proses pembelajaran. Lesson Study merupakan kegiatan bersiklus yaitu plan-do-see, sementara team teaching tidak.

Mengapa Lesson Study harus dilakukan berulang kali ?
Lesson Study bertujuan merombak sudut pandang dan sikap guru dari :
  • Siswa belajar ke guru belajar.
  • Tidak menghargai keanekaragaman kemampuan siswa menjadi menghargai keanekaragaman siswa.
  • Tidak memberi hak siswa belajar menjadi memberikan hak setiap siswa untuk belajar.
  • Belajar secara individual menjadi belajar secara kolaboratif.
  • Tidak memberi peluang siswa untuk kreatif menjadi memberi kesempatan siswa untuk kreatif.
  • Tidak mempedulikan siswa menjadi mempedulikan siswa.
  • Tidak mau membuka kelas menjadi mau membuka kelas untuk diamati.

Pandangan dan sikap seseorang tidak dapat dihilangkan hanya dalam waktu sekejap. Mengubah pandangan dan sikap memerlukan waktu, berlatih secara terus menerus dan bersistem. Pelaksanaan Lesson Study memerlukan organisasi yang rapi, bersistem, dan berkelanjutan. Hasil Lesson Study tidak dapat dinikmati hari ini juga.

Faktor apa yang menyebabkan Lesson Study berhasil ?
  1. DIKNAS dan kepala sekolah menganggap perlu adanya reformasi sekolah dan pembentukan komunitas belajar untuk mencapai prestasi sekolah.
  2. Guru memandang perlu peningkatan keprof secara kolaboratif.
  3. Guru mau membuka kelas.
  4. Guru memandang Lesson Study harus dilaksanakan secara rutin berkelanjutan.
  5. Lesson Study dikaitkan dengan prestasi guru.

Faktor apa yang mnyebabkan Lesson Study gagal ?
  1. Tidak ada dukungan DIKNAS dan kepala sekolah.
  2. Guru merasa sudah hebat.
  3. Guru tidak mau membuka kelas.
  4. Tidak ada waktu.
  5. Bosan dan malas.
Sumber : Dr. Istamar Syamsuri, M. Pd.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo
SELAMAT DATANG DI SITUS CORETAN SEADANYA